
MAKASSAR,- Kuliah Umum AIK (Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan) yang dihelat Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah diikuti oleh ratusan mahasiswa baru PoltekMu Makassar.
Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghelat kuliah umum itu via aplikasi pertemuan, Zoom Meeting pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Wakil Direktur Politeknik Muhammadiyah (PoltekMu) Makassar, A.M. Fadhil Hayat, S.KM., M.Kes., mengungkapkan, keikutsertaan dalam kuliah umum wajib bagi mahasiswa baru. Kehadiran mahasiswa baru pada kuliah tamu tersebut akan dikonversi sebagai bagian dari mengikuti mata kuliah AIK.
“Kuliah umum ini amat penting karena mahasiswa baru langsung mendapatkan pencerahan terkait AIK dari sumbernya yakni PP Muhammadiyah. Terlebih, semula yang dijadwalkan memberikan kuliah adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah,” kata dia.
Diketahui, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir tidak berkesempatan menyampaikan kuliah umum karena sakit. Karena itu, kuliah disampaikan oleh Ketua dan Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiadji dan Prof. Ahmad Jainuri, Ph.D.
Seimbangkan Ilmu Sekuler dan Spiritual
Ketua Majelis Diktilitbang Prof Bambang Setiaji menyampaikan bahwa perguruan tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) menanamkan nilai penting yang menyeimbangkan ilmu sekuler dan spiritual bagi mahasiswa.
Karena itu, ia berharap mahasiswa baru memanfaatkan dengan baik masa studinya di PTMA, baik kompetensi intelektual, fisikal, dan spiritual. “Anda ini beruntung sekali bisa berkuliah di PTMA yang salah satu ciri khasnya adalah menekanakan keseimbangan dunia dan akhirat,” ujar Prof. Bambang.
Tidak hanya itu, PTMA juga menanamkan pemahaman Islam yang komprehensif serta relevan dengan semangat zaman yang semakin maju.
“Selama di kampus Muhammadiyah, kita akan belajar mengenai nilai-nilai luhur agama Islam yang telah bertahan selama 1500 tahun dan sejalan dengan modernitas. Kurikulum dan kegiatan kemahasiswaan yang lengkap di PTMA sangat memungkinkan mahasiswa untuk belajar banyak hal,” ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof Ahmad Jainuri, Ph.D. menyampaikan bahwa Persyarikatan ini memang berkomitmen untuk mendidik anak bangsa sehingga tercipta masyarakat ilmu yang melahirkan pemimpin-pemimpin ideal.
Karena itu, Muhammadiyah mengajarkan Islam sebagai disiplin ilmu di perguruan tinggi dan lembaga pendidikannya. Hal itu, terlebih, karena fakta bahwa orang Barat juga mempelajari Islam sehingga dapat memajukan peradabannya.
Jainuri mengutip pernyataan Ian Brammer bahwa Barat mencuri 1001 temuan dari orang-orang muslim mulai dari pasta gigi sampai rumah sakit.
Atas itulah, mahasiswa PTMA diharapkan dapat memepelajari, melakukan pendalaman pemahaman Islam, dan mengaplikasikannya, tetapi dengan tidak fanatik.
Mahasiswa PoltekMu Sudah Buktikan
Salah satu Mahasiswa Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis (TLM) PoltekMu, Didin K Rasyid, ketika ditanyai tanggapannya terkait kuliah umum itu, mengaku bersyukur atas keikutsertaannya. “Banyak sekali ternyata mahasiswa Muhammadiyah, ratusan ribu,” kata dia.
Menanggapi perwujudan konsep AIK, ia mengaku telah menyaksikan itu di rumahnya. Sebanyak empat orang keluarganya adalah alumni PoltekMu, belum lagi tetangganya yang juga alumni kampus vokasi legendaris itu.
“Mereka sekarang sudah kerja semua. Mereka analis yang tidak hanya kuasai ilmu kesehatan,” ungkap dia. Karena itulah, lanjut Didin, keluarganya tidak lagi ragu untuk menguliahkan dirinya di Politeknik Muhammadiyah Makassar.
Hal senada juga disampaikan Mahasiswa Prodi D3 Radiologi Ahmad Habibi. Ia mengaku telah menyaksikan realisasi dari konsep penyeimbangan antara ilmu sekuler dan spiritual di kampus Muhammadiyah. Belum lagi kedua orang tuanya yang juga merupakan alumni ATRO Muhammadiyah Makassar yang kini bergabung dalam PoltekMu.
Ia bersyukur berkuliah di PoltekMu karena dirinya mendapatkan nilai lebih dibanding teman-temannya yang berkuliah di kampus lain.
“Alhamdulillah, kami tidak hanya belajar tentang canggihnya alat-alat Radiologi, teknik radiografi, anatomi fisiologi tetapi juga ke-Islaman yang modern, kontekstual, seperti mata kuliah AIK yang saya pelajari sekarang, tidak hanya ayat-ayat tentang penciptaan manusia, tetapi ada juga penjelasan ilmiahnya,” kata dia.
Ia berharap kuliah umum AIK seperti kini tidak dilaksanakan via zoom. “Ada yang kurang kalau via zoom. Apa tidak mungkin nanti Prof Haedar atau Pimpinan Pusat datang langsung ke kampus membawakan kuliah? Kalau zoom, seperti tadi, banyak kendala,” tutup dia tersenyum.